Merry: Kehadiran Calon Anak, Melengkapi Kebahagiaan Puasa Pertamanya Sebagai Mualaf

Tinggal dilingkungan yang mayoritas muslim, membuat Merry (30 tahun) terbiasa menjalankan puasa sejak kecil, walaupun masih beragama Kristen. Namun puasa yang dijalankannya pada saat itu hanya sekedar ikut-ikutan dengan anggota keluarga lainnya.

"Sejak kecil aku dan kakakku tinggal bersama Kakak Mama (tante) yang seluruh keluarganya beragama Islam, sehingga setiap Ramadhan tiba aku mengikuti mereka berpuasa," katanya membuka perbincangan dengan eramuslim, saat ditemui dalam acara buka puasa bersama para mualaf di Kawasan Bekasi.

Merry mengaku sejak dua tahun lalu, dirinya sudah menjalankan puasa secara penuh. Ketika itu ia belum mengukuhkan diri sebagi muslim, ibadah puasanya terasa belum lengkap dari segi niatnya.

Sambil tertawa penuh bahagia Merry mengatakan, ibadah puasanya di tahun pertama menjadi mualaf saat ini, dengan sangat terpaksa tidak dapat dilanjutkannya setelah memasuki tiga hari puasa. Sebab dokter menyatakan ia positif hamil anak pertama. Atas berbagai pertimbangan, dokter tidak mengizinkannya melanjutkan puasa dikarenakan kondisinya yang lemah.

"Puasa ditahun pertama jadi mualaf, berhutang lagi. Sebab baru tiga puasa, ketahuan hamil. Karena kondisi saya bertambah lemah, oleh dokter tidak diperbolehkan puasa dulu," tuturnya yang resmi menjadi mualaf pada bulan Februari 2005.

Meskipun hanya beberapa hari saja menjalankan puasa, Ia menyatakan ibadah puasanya pada tahun ini berbeda dari tahun sebelumnya. Puasa kali ini, ia sudah mengetahui dan benar-benar merasakan bahwa ibadah itu memang merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan sesuai dengan ajaran yang telah tertulis dalam al-Qur'an.

"Kayaknya, puasa yang sekarang sudah merasakan gimana sih seharusnya kewajiban kita sebagi umat Islam, kalau waktu dulu kan hanya ikut-ikutan saja," ujar Merry yang berdarah Manado.

Setelah memeluk Islam Merry pun berusaha belajar tentang ibadah-ibadah dasar yang diwajibkan sebagai seorang muslim diantaranya sholat lima waktu. Menurutnya, sentuhan-sentuhan hidayah dari Allah dia rasakan ketika menjalankan sholat. Pernah suatu ketika ia sholat, ia tidak mampu membendung lagi air matanya yang mengalir karena rasa terharu.

"Waktu menjalankan sholat sendiri, tanpa berjamaah dengan suami yang biasa dilakukan sehari-hari, saya merasa seperti 'disentil' sampai menangis dan ketika akan rukuk tangis saya enggak bisa berhenti. Akhirnya saya terduduk diam memohon kepada Allah agar diberikan ketenangan," ungkapnya yang mengaku diajari sholat oleh suaminya, Heriyanto (30 tahun).

Merry berharap melalui Ramadhan tahun ini, dirinya bisa banyak mendapat petunjuk dari Allah mengenai ajaran-ajaran Islam yang belum diketahuinya. Sebagai contoh, beberapa waktu lalu dirinya sangat terinspirasi untuk membaca al-Qur'an dan saat itu secara berulang-ulang ia membaca al-Qur'an sampai benar-benat mengerti makna ayat tersebut.

"Aku paling susah kalu disuruh belajar dan paling malas untuk membaca, namun aku paling suka kalau tiba-tiba dapat inspirasi melakukan hal-hal yang baru tentang Islam, walaupun cuma baca tulisan latin Al-Qur'an, rasanya seperti jatuh cinta membacanya sampai berulang-ulang," tandasnya.

Merry menceritakan, meskipun secara umum keluarganya dapat menerima agama Islam yang dianutnya, namun kakak dung satu-satunya Marina (33 tahun), hingga kini tetap menentang dan tidak menyetujui keputusan yang diambilnya.

"Kakak saya masih menentang, sampai kayak putus hubungan, dia enggak bisa menerima, tetapi waktu saya menikah pada bulan Agustus lalu di Kuningan, Jawa Barat, tempat kediaman suami, dia sempat datang tetapi dengan muka yang tidak ikhlas," tegasnya menutup perbincangan.(novel/ln/eramuslim)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel