Diberi Daun Sakti Oleh Kuntilanak
Selasa, Juni 14, 2011
Penulis : TONY NUGROHO D
Karena berkata jujur kepada sosok Kuntilanak yang menghadangnya, Mpok Minah dihadiahi selembar daun. Benarkah daun itu bertuah...? Dan bagaimana kisah mistisnya.....
Tak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Mpok Minah, seorang pedagang kue keliling, kalau ia akan mengalami nasib semujur itu. Ia yang semalaman disandera Kuntilanak penghuni pohon randu alas itu dibayangi oleh ketakutan yang amat sangat. Namun dibalik peristiwa itu ia mendapatkan suatu keuntungan berlipat ganda.
Masih membakas dalam ingatan Mpok Minah, kala itu ia akan menjajakan kue pada malam hari. Biasanya ia menjajakan kue disiang hari, namun karena saat itu malam minggu. Kebetulan di seberang desanya ada tontonan layar tancap, maka ia memilih jualan malam.
Waktu itu, sengaja Mpok Minah berangkat dengan memotong jalan tanpa melewati pematang sawah. Walau untuk itu ia harus melewati tikungan pemakaman umum.
Tak terasa, dengan berjalan kaki ia menyusuri desa hingga akhirnya sampailah di perbatasan desa. Kini Mpok Minah mulai memasuki areal perkebunan yang banyak ditumbuhi pohon bambu. Bulu kuduknya meremang. Namun, dengan hanya diterangi cahaya bulan Mpok Minah berhasil melewati kuburan umum.
Tapi...ketika melewati sebuah pohon Randu Alas pandangannya dikejutkan dengan kelebatan sosok putih terbang dan bertengger di antara dahan pohon. Secara naluriah, Mpok Minah melihat ke atas gerangan apa yang terbang itu. Hampir copot seketika jantungnya. Tulang-tulangnya serasa lolos dari tubuhnya. Ia jatuh terkulai tak menghiraukan daganganya. Dilihatnya sesosok wanita tengah duduk bertengger di dahan pohon dengan baju terusan putih-putih sambil menyisir rambutnya yang panjang.
Wanita itu menatap Mpok Minah yang tak berdaya. Kuntilanak penghuni pohon Randu Alas itu sesekali tertawa sambil memperlihatkan sepasang gigi taringnya. Karena tak kuat menahan takut, Mpok Minah jatuh pingsan.
Entah berapa lama ia pingsan. Ketika mulai siuman dilihatnya Kuntilanak itu masih bertengger di dahan pohon. Namun, kali ini dengan segenap keberanian Mpok Minah nerkata, "Ampuuun, Neng. Jangan ganggu Emak. Emak hanya numpang lewat mau jualan."
Aneh, tiba-tiba kuntilanak itu turun mendekati Mpok Minah dan berkata, "Baik, tapi temani saya bermain, ya! Hi...hi...hi...!"
"Ampun, Neng...emak sudah tua, nggak kuat untuk bermain. Tolong lepaskan Emak," pinta Mpok Minah.
Tak ada jawaban. Kuntilanak itu menatap tajam ke arah Mpok Minah sambil mengelilinginya. Mpok Minah sengaja diam tak mau menatap ke arah kuntilanak. Ia hanya tertunduk sambil membaca doa sebisanya.
"Baiklah kalau begitu. Karena kau orang jujur ini kuberi kau daun dan taruh dibalik daganganmu," kata kuntilanak itu sambil terbang ke dahan pohon.
Aneh, tiba-tiba kaki Mpok Minah sudah dapat digerakkan. Ia segera membereskan dagangannya dan tempat itu. Sepuluh langkah dari pohon Randu Alas, kembali Kuntilanak itu tertawa melengking.
Malam itu, akhirnya sampai juga Mpok Minah di keramaian tontonan layar tancap. Yang mengherankan, saat ia sampai di sana malam hampir mendekati fajar. Ia sendri lupa berapa lama ia pingsan dibawah pohon Randu Alas itu.
Mpok Minah langsung duduk menggelar dagangannya, tapi apa lacur layar tancap itu rupa-rupanya sudah usai. Di tengah kegalauan, tiba-tiba ada serombongan penonton laki-laki menegur dirinya.
"Ya, kasihan Mpok datang kepagian ya?" kata salah seorang laki-laki itu. "Tapi, nggak apa-apa saya akan membeli kuenya," sambungnya lagi.
Entah mengapa, tiba-tiba dagangannya dikerubuti banyak orang yang ingin membeli kue-kuenya. Hingga tak terasa kue-kue itu habis tak tersisa. Yang lebih mengherankan, para pembeli itu rata-rata membeli kue dengan membayar uang yang lebih tanpa meminta kembalian dengan alasan kasihan.
Mpok Minah tak habis pikir. Keuntungan yang didapat 3 kali lipat. Menjelang fajar ia pulang dengan melewati pematang sawah, tak lagi melewati tempat semula ketika ia berangkat.
Ketika tiba dirumah diceritakan pengalamannya kepada suami dan anak-anaknya. Mpok Minah tiba-tiba teringat pada daun pemberian Kuntilanak itu. Dan ternyata "daun" itu masih tersimpan di bawah alas dagangannya.
Demikianlah kisah Mpok Minah yang cukup menegangkan. Hingga kini ia masih menyimpan daun pemberi si Kuntilanak. Apakah daun itu yang membuat rejekinya mengalir deras?
"Saya yakin sepenuhnya semuanya karena Allah semata," tegas wanita paruh baya yang menolak dipotret dengan alasan takut jadi orang top itu
Karena berkata jujur kepada sosok Kuntilanak yang menghadangnya, Mpok Minah dihadiahi selembar daun. Benarkah daun itu bertuah...? Dan bagaimana kisah mistisnya.....
Tak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Mpok Minah, seorang pedagang kue keliling, kalau ia akan mengalami nasib semujur itu. Ia yang semalaman disandera Kuntilanak penghuni pohon randu alas itu dibayangi oleh ketakutan yang amat sangat. Namun dibalik peristiwa itu ia mendapatkan suatu keuntungan berlipat ganda.
Masih membakas dalam ingatan Mpok Minah, kala itu ia akan menjajakan kue pada malam hari. Biasanya ia menjajakan kue disiang hari, namun karena saat itu malam minggu. Kebetulan di seberang desanya ada tontonan layar tancap, maka ia memilih jualan malam.
Waktu itu, sengaja Mpok Minah berangkat dengan memotong jalan tanpa melewati pematang sawah. Walau untuk itu ia harus melewati tikungan pemakaman umum.
Tak terasa, dengan berjalan kaki ia menyusuri desa hingga akhirnya sampailah di perbatasan desa. Kini Mpok Minah mulai memasuki areal perkebunan yang banyak ditumbuhi pohon bambu. Bulu kuduknya meremang. Namun, dengan hanya diterangi cahaya bulan Mpok Minah berhasil melewati kuburan umum.
Tapi...ketika melewati sebuah pohon Randu Alas pandangannya dikejutkan dengan kelebatan sosok putih terbang dan bertengger di antara dahan pohon. Secara naluriah, Mpok Minah melihat ke atas gerangan apa yang terbang itu. Hampir copot seketika jantungnya. Tulang-tulangnya serasa lolos dari tubuhnya. Ia jatuh terkulai tak menghiraukan daganganya. Dilihatnya sesosok wanita tengah duduk bertengger di dahan pohon dengan baju terusan putih-putih sambil menyisir rambutnya yang panjang.
Wanita itu menatap Mpok Minah yang tak berdaya. Kuntilanak penghuni pohon Randu Alas itu sesekali tertawa sambil memperlihatkan sepasang gigi taringnya. Karena tak kuat menahan takut, Mpok Minah jatuh pingsan.
Entah berapa lama ia pingsan. Ketika mulai siuman dilihatnya Kuntilanak itu masih bertengger di dahan pohon. Namun, kali ini dengan segenap keberanian Mpok Minah nerkata, "Ampuuun, Neng. Jangan ganggu Emak. Emak hanya numpang lewat mau jualan."
Aneh, tiba-tiba kuntilanak itu turun mendekati Mpok Minah dan berkata, "Baik, tapi temani saya bermain, ya! Hi...hi...hi...!"
"Ampun, Neng...emak sudah tua, nggak kuat untuk bermain. Tolong lepaskan Emak," pinta Mpok Minah.
Tak ada jawaban. Kuntilanak itu menatap tajam ke arah Mpok Minah sambil mengelilinginya. Mpok Minah sengaja diam tak mau menatap ke arah kuntilanak. Ia hanya tertunduk sambil membaca doa sebisanya.
"Baiklah kalau begitu. Karena kau orang jujur ini kuberi kau daun dan taruh dibalik daganganmu," kata kuntilanak itu sambil terbang ke dahan pohon.
Aneh, tiba-tiba kaki Mpok Minah sudah dapat digerakkan. Ia segera membereskan dagangannya dan tempat itu. Sepuluh langkah dari pohon Randu Alas, kembali Kuntilanak itu tertawa melengking.
Malam itu, akhirnya sampai juga Mpok Minah di keramaian tontonan layar tancap. Yang mengherankan, saat ia sampai di sana malam hampir mendekati fajar. Ia sendri lupa berapa lama ia pingsan dibawah pohon Randu Alas itu.
Mpok Minah langsung duduk menggelar dagangannya, tapi apa lacur layar tancap itu rupa-rupanya sudah usai. Di tengah kegalauan, tiba-tiba ada serombongan penonton laki-laki menegur dirinya.
"Ya, kasihan Mpok datang kepagian ya?" kata salah seorang laki-laki itu. "Tapi, nggak apa-apa saya akan membeli kuenya," sambungnya lagi.
Entah mengapa, tiba-tiba dagangannya dikerubuti banyak orang yang ingin membeli kue-kuenya. Hingga tak terasa kue-kue itu habis tak tersisa. Yang lebih mengherankan, para pembeli itu rata-rata membeli kue dengan membayar uang yang lebih tanpa meminta kembalian dengan alasan kasihan.
Mpok Minah tak habis pikir. Keuntungan yang didapat 3 kali lipat. Menjelang fajar ia pulang dengan melewati pematang sawah, tak lagi melewati tempat semula ketika ia berangkat.
Ketika tiba dirumah diceritakan pengalamannya kepada suami dan anak-anaknya. Mpok Minah tiba-tiba teringat pada daun pemberian Kuntilanak itu. Dan ternyata "daun" itu masih tersimpan di bawah alas dagangannya.
Demikianlah kisah Mpok Minah yang cukup menegangkan. Hingga kini ia masih menyimpan daun pemberi si Kuntilanak. Apakah daun itu yang membuat rejekinya mengalir deras?
"Saya yakin sepenuhnya semuanya karena Allah semata," tegas wanita paruh baya yang menolak dipotret dengan alasan takut jadi orang top itu