H. Muhammad Zulkarnaen (d/h Eddy Crayn Hendrik) Pendeta yang kemudian jadi Muballigh & Pakar Kristolog

Muhammad Zulkarnaen, ahli Kristologi ini adalah mantan Pendeta Kristiani dan pernah menulis buku "Mengapa Saya Masuk Islam & mengakui Muhammad sebagai Rasul Allah SWT", sekarang menjadi Direktur The Institute Of Reserches And Studies On The History Of World Religions.

Mubaligh asal Flores NTT ini sebelum memeluk Islam aktif sebagai misionaris di kawasan Indonesia timur dengan nama asli Eddy Crayn Hendrik. Setelah ayah dan ibunya tahu bahwa Eddy masuk Islam, maka ia diusir dari rumah oleh keluarganya. Akhirnya ia melanglang buana sambil memperdalam Islam sambil berdakwah keliling, berbekal pengalaman dari kehidupannya sendiri ditambah banyak membaca buku-buku dan kitab pergaulan yang dibangun semakin luas pengetahuan yang dimilki pun sangat mendukung dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai mubaligh.

Kerisauan yang menyesakkan dada sangat dirasakan manakala muncul berbagai fitnah terhadap Islam dan masyarakat Muslim. Untuk menghadapi fitnah dan serangan terhadap Islam, apalagi bila ayat suci Al-Qur’an dibajak untuk kepentingan di luar Islam, maka untuk menangkalnya perlu diungkap fakta sejarah agama-agama dunia, serta evolusi sejak zaman Nabi Adam hingga Muhammad SAW. Hal ini sangat perlu disampaikan kepada seluruh umat Islam khususnya mubaligh yang berada di lapangan untuk bekal dialog dengan tokoh agama non Islam supaya tidak terjadi kontra produktif terhadap dakwah.

Zulkarnaen yang lahir 6 Juli l943 dari seorang ayah Izac Hendrick sebagai Pendeta dan Ibu Mariam seorang biarawati Protestan. Setelah menamatkan SMA Xapensia di Kupang l960 kemudian melanjutkan sekolah Kependetaan dan menekuni Injil, dan menjadi Pendeta di Kupang dari tahun l962-l966 mengajarkan Trinitas dan penebusan dosa dari ketuhanan Yesus. Baru pada tahun l967 ia masuk Islam di hadapan wali KUA Dompo, Sumbawa, kemudian namanya berubah menjadi Muhammad Zulkarnaen. Kisahnya diawali ketika ia jalan-jalan di komplek pertokoan Tunjungan Surabaya, kemudian membeli buku pendidikan agama Islam karya DR. HAMKA. Setelah mempelajari beberapa lama, kemudian timbul konflik batin berkepanjangan antara tetap memeluk Protestan atau Islam. Namun setelah satu bulan ia yakin bahwa kebenaran yang haqiqi itu adalah Islam, maka kemudian ia masuk Islam dengan mantab. Sebagai mu’alaf ia mendapat bimbingan langsung dari bapak Drs. Lalu Mujtahid guru SMA Muhammadiyah Mataram, yang sekarang menjadi walikota Mataram. Zulkarnaen kemudian rajin membaca buku-buku agama Islam akhirnya menjadi mubaligh di Sumbawa beberapa tahun dan kelliling Sumatra. Tahun l977 ia menikah di Lampung dengan Hj Zubaidah aktivis NA dan Aisyiyah dan dikaruniai seorang putra bernama Iskandar Zulkarnaen, sekarang bekerja sebagai karyawan BPD Lampung.

Kemudian selama 10 tahun ia menjadi mubaligh Muhammadiyah dan keliling dari Lampung hingga Aceh. Di sela-sela berdakwah ia menulis buku : Nabi Isa dan mengkaunter propaganda Kristenisasi.

Sekarang ia menetap di Tangerang, Banten. Di sana ia tetap jadi mubaligh Muhammadiyah dan memelihara anak asuh yatim piatu sejumlah 57 anak, dari usia SD hingga SMP. Di samping itu ia menampung keluarga dluafa dan mustad’afin diberi pinjaman modal tanpa bunga untuk berjualan kue yang disetor di warung-warung di daerah Perumahan Bumi Serpong.

Tiap Hari Besar Islam seperti Maulid, Isro’Mi’roj dan Muharram ia menyelenggarakaan khitanan massal kerjasama dengan PDM dan Takmir Masjid setempat. Ia juga menyebarkan CD berisi dialog dengan Robert P. Walean Pendeta dari Seatle San Faransisco USA dan dialog dengan Pendeta Tukimin seksi Yehova yang sudah menetap di Amerika Serikat selama 15 tahun. Hasil penjualan CD dan buku karangannya dikumpulkan untuk membantu pendidikan anak-anak yatim piatu. (Ton Martono/http://suara-muhammadiyah.com)



Ebook-003 : Mengapa Saya Masuk Islam & mengakui Muhammad sebagai Rasul Allah SWT
http://swaramuslim.net/ebook/more.php?id=2526_0_11_0_M

RIWAYAT SINGKAT PENULIS
Menurut bintang, penulis dilahirkan pada rasi Gemini, yaitu tanggal 6 Juni, tahun 1943, ketika bumi Indonesia masih dalam asuhan “saudara tuanya,” yang kemudian sesudah dibom atoom, menyatakan menyerah tanpa syarat kepada Amerika dan sekutunya. Saya dilahirkan tanggal enam, bulan yang keenam pada hari keenam jam enam pagi. Apakah pembaca percaya itu ataukah tidak, terserah, tetapi begitulah yang dituliskan oleh bapak pendeta ketika mempermandikan saya pada tanggah 27 Nopember 1949 di Pekalongan. Saya anak Kristen, tetapi jelas bukan Kristen abangan, sebab pada tahun 1936 ayah saya, Izaak Hendrik, telah lulus dari Kweekschool van het Leger Des Heils Bandung, yaitu sekolah Opsir, atau sekolah pendeta dari sekte Bala Keselamatan, masih termasuk mashab Methodist - Inggris.

Oleh karena sejak kecil saya sudah harus membaca Injil, maka akhirnya saya mahir dalam menghapal dan mengetahui ayat-ayat Injil, seperti para pendeta dan calon pendeta pada umumnya.

Meskipun ayah saya pengikut faham Protestan, tetapi saya disekolahkan di sekolah Katolik, yaitu pada waktu di S.R. tiga tahun lamanya, S.M.P. dua tahun lamanya, dan di S.M.A. setahun pula. Selebihnya saya bersekolah di sekolahan Kristen (Protestan maksudnya). Dalam sekolah Katolik saya harus pula mempelajari agama Katolik, sebab disana, andaikan murid itu pandai sekalipun bila vak agama (Katolik tentunya) mendapat angka 5, tidak akan ia dinaikkan kelasnya. Waktu saya duduk dikelas dua S.M.P., saya dikeluarkan, karena saya menentang pateer Paulinos yang mengajarkan Sejarah Dunia, yang dalam menerangkan tentang Reformasi, banyak sekali saya rasakan menyinggung kenyataan yang saya peroleh dalam agama Protestan. Didalam kehidupan saya dalam agama Kristen, saya merasakan amat bahagia, sebab saya adalah seorang diantara sekian banyak orang yang telah diselamatkan oleh Yesus juru selamat saya, Anak Allah yang telah turun kedunia mati ganti dosa-dosa kita. Saya sangat fanatik pada agama saya, sebab negeri saya, (Timor Kupang) 95% Kristen, lagi pula banyak paman-paman saya yang menjabat penetua, yaitu pendeta-pendeta kecil didesa disamping ayah sayapun adalah seorang pendeta. Itulah makanya saya pernah bermukim setahun lamanya dalam sekolah pendeta jalan Kramat Raya 55 Jakarta, yaitu kira-kira tahun 1962. Islam bagi saya adalah bukan suatu agama. Islam itu kolot, Islam identik dengan Arab, sedangkan Arab itu kikir. Agama Islam tidak memperoleh keselamatan Illahi, sebab tidak mengakui Yesus sebagai anakNya yang tersalib ganti dosa dan salah kita. Ia, bila hendak sembahyang harus berteriak-teriak dahulu, dan mencuci kaki serta meminum air bekas cuciannya, alangkah kotornya. Islam itu kejam, mengacaukan negara kita, mau pula merubah dasar negara kita menjadi negara Islam, dan untuk itu ia memberontak.

BAGAIMANA SAYA MENGENAL ISLAM
Sejarah ibarat roda, selalu berputar dan berputar. Demikian pula dengan manusia. Apa yang baru dihari ini, akan usang dikeesokannya, apa yang baik hari ini, belum tentulah baik kemudiannya. Dunia penuh dinamika dan romantika. Sayapun penuh dengan dinamika dan romantika. Pada tahun 1964 saya naik kereta api dari Jakarta ke Surabaya, entah suatu kesengajaan yang sudah diatur oleh Tuhan ataukah bagaimana, tetapi yang jelas saya telah duduk berdampingan dengan seorang yang mengaku bernama Haji Mahmud, yang tertarik oleh ketekunan saya membaca injil, akibatnya berdialog, dan dalam dialog itu ia memberikan pada saya “Sebuah ajaran Islam,” yang bunyinya: ‘Kul huallahu Ahad, Allahus samad, Lam yalid walam yulad, Walam yakun lahu kufuwan Ahad,’ yang artinya:
Katakanlah wahai Muhammad, sesungguhnva Allah itu Esa tempatmu bergantung. Ia (Allah) tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan Ia tiadalah mempunyai tandingan.”

Haji tersebut menerangkan, bahwa Islam bukan hanya sekedar Agama, tetapi juga suatu risalah, suatu ideologie dan suatu falsafah, yang cocok untuk sega]a bangsa dan golongan. Islam tidak mengenal diskriminasi, dan jabatan, dan pangkat, itulah sebabnya dalam mesjid hanya dipakai tikar, dan dalam sambahyang semua ummatnya harus tunduk hingga mukanya ke bumi tanpa memandang dia itu apa dan siapa.

DORONGAN SAYA UNTUK MENYELIDIKI INJIL
Kalimat-kalimat Lam yalid Qalam yulad, benar-benar merupakan kalimat pendorong pada saya untuk menyelidiki apa sebenarnya Islam itu. Itulah sebabnya saya lalu dihinggapi penyakit “memborong” buku-buku Islam, baik itu karangan Prof. Dr. Hamka, Sallaby, Ashiddiqy, Imam Ghozali, Rosyidi, maupun kepada Al-Qur’annya sendiri, yaitu tafsirannya, dan kitab hadits-hadits. Iman saya kepada Kristen makin lama makin luntur. Satu persatu dogma dogma Kristen tidak dapat saya terima lagi. Pertanyaan hati saya tentang Tuhan itu tiga tetapi satu; juga tentang Yesus itu manusia dan Yesus itu juga Allah, tentang dosa keturunan. Salib dstnya satu persatu terjawab dalam Al-Qur’an secara jelas. Dan untuk ini saya kira karena saya mengadakan penyelidikan pengulangan terhadap Injil. Sudah tentu bukan penyelidikan secara dahulu lagi yang mendasarkan pembacaan kepada sola fide, tetapi penyelidikan baru, yaitu dengan menggunakan ratio, dan menggunakan kitab suci yang lain (Taurat & Qur’an) sebagai bahan pembanding.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel