Nabi Ismail AS
Sabtu, Oktober 05, 2013
Nabi Ismail AS adalah putra Nabi Ibrohim as., dari istri keduanya yang bernama Hajar. Dengan kelahiran bayi Ismail, istri pertama Nabi Ibrohim yang bernama Siti Sarah cemburu. Lalu ia meminta kepada suaminya agar memindahkan Hajar dan anaknya ke tempat yang jauh. Atas petunjuk Allah SWT, Ibrohim as. menempatkan Hajar dan anaknya di tengah Padang Pasir Mekah, dekat bangunan suci yang sekarang dikenal Ka'bah. Beliau sendiri kembali ke Palestina untuk menemui Siti Sarah.
Ketika bekal makanan dan minumannya habis, Hajar bersusah-payah ke sana ke mari mencari air. Berkat pertolongan Allah SWT melalui Malaikat Jibril, seketika muncullah mata air yang jernih di dekat Ismail. Mata air yang bernama sumur zam-zam itu, sejak ditemukannya hingga kini tidak pernah mengalami kekeringan.
"Dan ceritakanlah (Muhammad), kisah Ismail di dalam Kitab(Al-Qur'an). Sungguh dia seorang yang benar janjinya, seorang rosul dan nabi.
Dan dia menyuruh umatnya (mendirikan) sholat dan (membayar) zakat, dan dia sorang yang diridhoi di sisi Tuhannya" (QS. 19/Maryam: 54-55)
Semasa Nabi Ismail masih anak-anak, Nabi Ibrohim as mendapat perintah dari Allah SWT agar menyembelihnya. Baginya perintah tersebut merupakan ujian yang teramat berat. Sekalipun begitu dia bertekad melaksanakannya. Atas kehendak Allah SWT jua, Nabi Ismail mendukungnya. Maka tatkala anak itu (mencapai umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrohim) berkata, "Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu?" Dia (Ismail) menjawab, " Wahai bapakku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar." (QS. 37/Ash-Shoffat: 102)
Setelah nyata ketaatan dan kesabaraan Nabi Ibrohim as dan Nabi Ismail as., maka Allah melarang menyembelih Nabi Ismail as. Untuk meneruskan kurban, Allah menggantinya dengan seekor sesembelihan (Kambing). "Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar." (QS. 37/ Ash-Shoffat: 107). Peristiwa ini menjadi dasar disyariatkannya kurban yang dilakukan pada Hari Raya Haji (Idul Adha).
Nabi Ismail as menikah dengan seorang wanita yang berasal dari Suku Jurhum, anak pendatang baru di kawasan sumur zam-zam itu. Ia menjadi penjaga sumur zam-zam yang semakin hari semakin banyak pengunjungnya. Menurut riwayat, Nabi Ismail wafat pada usia 137 tahun.
Ketika bekal makanan dan minumannya habis, Hajar bersusah-payah ke sana ke mari mencari air. Berkat pertolongan Allah SWT melalui Malaikat Jibril, seketika muncullah mata air yang jernih di dekat Ismail. Mata air yang bernama sumur zam-zam itu, sejak ditemukannya hingga kini tidak pernah mengalami kekeringan.
"Dan ceritakanlah (Muhammad), kisah Ismail di dalam Kitab(Al-Qur'an). Sungguh dia seorang yang benar janjinya, seorang rosul dan nabi.
Dan dia menyuruh umatnya (mendirikan) sholat dan (membayar) zakat, dan dia sorang yang diridhoi di sisi Tuhannya" (QS. 19/Maryam: 54-55)
Semasa Nabi Ismail masih anak-anak, Nabi Ibrohim as mendapat perintah dari Allah SWT agar menyembelihnya. Baginya perintah tersebut merupakan ujian yang teramat berat. Sekalipun begitu dia bertekad melaksanakannya. Atas kehendak Allah SWT jua, Nabi Ismail mendukungnya. Maka tatkala anak itu (mencapai umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrohim) berkata, "Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu?" Dia (Ismail) menjawab, " Wahai bapakku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar." (QS. 37/Ash-Shoffat: 102)
Setelah nyata ketaatan dan kesabaraan Nabi Ibrohim as dan Nabi Ismail as., maka Allah melarang menyembelih Nabi Ismail as. Untuk meneruskan kurban, Allah menggantinya dengan seekor sesembelihan (Kambing). "Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar." (QS. 37/ Ash-Shoffat: 107). Peristiwa ini menjadi dasar disyariatkannya kurban yang dilakukan pada Hari Raya Haji (Idul Adha).
Nabi Ismail as menikah dengan seorang wanita yang berasal dari Suku Jurhum, anak pendatang baru di kawasan sumur zam-zam itu. Ia menjadi penjaga sumur zam-zam yang semakin hari semakin banyak pengunjungnya. Menurut riwayat, Nabi Ismail wafat pada usia 137 tahun.