Fenomena Trend Masuk Islam di Kalangan Pemuda Perancis
Selasa, Februari 01, 2011
Islam menjadi trend baru dan fenomenal di kalangan pemuda sejumlah kota kecil di Perancis. Para pemuda yang baru masuk Islam tampak semakin bangga dan menunjukkan afiliasinya pada Islam, sekaligus mendorong mereka untuk mewujudkan persamaan dan memerangi tekanan sosial yang mereka alami. Meskipun, belum semua kalangan yang baru masuk Islam itu mendirikan ibadah wajib, tapi semangat mereka menunjukkan diri sebagai Muslim, tetap penting disyukuri.
Secara khusus, fenomena menyenangkan itu terjadi di kalangan masyarakat Prancis asal Afrika, Portugal, Spanyol dan Italia yang tinggal di lokasi mayoritas Muslim, sebelah utara Paris khususnya wilayah 93, yang sebelumnya diguncang demonstrasi besar dari warga imigran.
Steve Brodwer, salah seorang mualaf baru sekaligus ketua Organisasi Syahadat yang khusus menangani para mualaf mengatakan, “Arus masuk Islam menjadi fenomena yang makin meluas dan terkadang begitu mencolok tergantung dengan berbagai sebab. Tapi saya yakin bahwa nilai-nilai yang diserukan Islam itu menjadi motif pertama kebanyakan para pemeluk Islam baru di sini.”
Kepada Islamonline, ia menambahkan, “Mereka memandang Islam sebagai agama yang menolak sekte sosial. Ini merupakan simbol revolusi menghadapi sistem sosial yang zalim terhadap kebanyakan kaum Muslim baru yang menolak rasisme, sektarianisme, yang mereka rasakan di sejumlah kota di Perancis.”
Meski anggota organisasi Syahadat yang dipimpin Brodwer, sering merasakan mereka sebenarnya juga belum disiplin melakukan ibadah wajib harian agama Islam seperti yang diinginkan, tapi mereka sangat respek dengan nilai-nilai Islam.
Nicola,22, mengatakan, “Fenomena Islam saat ini sudah terlihat di masyarakat kami. Sejumlah teman saya memeluk Islam meski tidak begitu disiplin dengan ibadah hariannya. Tapi karena Islam telah menjadi tanda perlawanan terhadap sektarianisme dan kezaliman di dunia, mereka menjadi pemeluk Islam.”
Kaitan kondisi sosial dengan bertambahnya pemeluk Islam juga diakui oleh Ghofra, yang juga baru memeluk Islam. “Arus baru memeluk Islam memang sangat terkait dengan latar belakang sosial yang dipandang oleh kaum Muslim baru bahwa Islam memperjuangkan jalan keluar dari kondisi isolasi sosial yang banyak terjadi,” katanya.
Simbol-simbol Islam juga banyak digunakan oleh kalangan pemuda Perancis. Di antara mereka kini sudah kerap terdengar penggunaan kata “Insya Allah”, “Ya Akhi...” dan semacamnya. Sampai musik Perancis beraliran Rap juga memunculkan nama Hamas Palestina sebagai simbol perlawanan terhadap Israel. Dalam sejumlah lagunya, mereka menyebut nama Usamah bin Ladin, sebagai simbol melawan hegemoni Amerika, tanpa mengaitkannya dengan pemikiran Usamah.
Seorang pemuda berkata pada koresponden Islamonline, “Saya bukan Muslim, dan saya juga belum tahu apakah saya akan menjadi Muslim di waktu mendatang. Tapi saya kagum dengan sikap yang dilakukan oleh sejumlah kaum muslimin yang tegas menentang hegemoni Amerika terhadap dunia.”
Dalam sebuah penelitian, terdapat 17% pemeluk Islam Baru di Perancis yang berusia muda, antara usia 18-35 tahun. Muslim Perancis, menurut sensus terakhir berjumlah 5 jutaan orang dari total penduduk Perancis yang jumlahnya 60 juta jiwa. (na-str/iol/eramuslim)
Secara khusus, fenomena menyenangkan itu terjadi di kalangan masyarakat Prancis asal Afrika, Portugal, Spanyol dan Italia yang tinggal di lokasi mayoritas Muslim, sebelah utara Paris khususnya wilayah 93, yang sebelumnya diguncang demonstrasi besar dari warga imigran.
Steve Brodwer, salah seorang mualaf baru sekaligus ketua Organisasi Syahadat yang khusus menangani para mualaf mengatakan, “Arus masuk Islam menjadi fenomena yang makin meluas dan terkadang begitu mencolok tergantung dengan berbagai sebab. Tapi saya yakin bahwa nilai-nilai yang diserukan Islam itu menjadi motif pertama kebanyakan para pemeluk Islam baru di sini.”
Kepada Islamonline, ia menambahkan, “Mereka memandang Islam sebagai agama yang menolak sekte sosial. Ini merupakan simbol revolusi menghadapi sistem sosial yang zalim terhadap kebanyakan kaum Muslim baru yang menolak rasisme, sektarianisme, yang mereka rasakan di sejumlah kota di Perancis.”
Meski anggota organisasi Syahadat yang dipimpin Brodwer, sering merasakan mereka sebenarnya juga belum disiplin melakukan ibadah wajib harian agama Islam seperti yang diinginkan, tapi mereka sangat respek dengan nilai-nilai Islam.
Nicola,22, mengatakan, “Fenomena Islam saat ini sudah terlihat di masyarakat kami. Sejumlah teman saya memeluk Islam meski tidak begitu disiplin dengan ibadah hariannya. Tapi karena Islam telah menjadi tanda perlawanan terhadap sektarianisme dan kezaliman di dunia, mereka menjadi pemeluk Islam.”
Kaitan kondisi sosial dengan bertambahnya pemeluk Islam juga diakui oleh Ghofra, yang juga baru memeluk Islam. “Arus baru memeluk Islam memang sangat terkait dengan latar belakang sosial yang dipandang oleh kaum Muslim baru bahwa Islam memperjuangkan jalan keluar dari kondisi isolasi sosial yang banyak terjadi,” katanya.
Simbol-simbol Islam juga banyak digunakan oleh kalangan pemuda Perancis. Di antara mereka kini sudah kerap terdengar penggunaan kata “Insya Allah”, “Ya Akhi...” dan semacamnya. Sampai musik Perancis beraliran Rap juga memunculkan nama Hamas Palestina sebagai simbol perlawanan terhadap Israel. Dalam sejumlah lagunya, mereka menyebut nama Usamah bin Ladin, sebagai simbol melawan hegemoni Amerika, tanpa mengaitkannya dengan pemikiran Usamah.
Seorang pemuda berkata pada koresponden Islamonline, “Saya bukan Muslim, dan saya juga belum tahu apakah saya akan menjadi Muslim di waktu mendatang. Tapi saya kagum dengan sikap yang dilakukan oleh sejumlah kaum muslimin yang tegas menentang hegemoni Amerika terhadap dunia.”
Dalam sebuah penelitian, terdapat 17% pemeluk Islam Baru di Perancis yang berusia muda, antara usia 18-35 tahun. Muslim Perancis, menurut sensus terakhir berjumlah 5 jutaan orang dari total penduduk Perancis yang jumlahnya 60 juta jiwa. (na-str/iol/eramuslim)