Natalie Sarah : Penuh Cobaan Menjadi Mualaf
Selasa, Februari 01, 2011
Simak Proses Keislamannya : Bagaimana Allah SWT telah memberikan Hidayah memperoleh ‘Keteduhan Islam’
Keinginannya untuk memeluk Islam dating dari hati yang paling dalam. Cobaan demi cobaan dating silih berganti, yang terberat dirasakan ketika harus berhadapan dengan opung (nenek) dan mengakui Islam pilihannya. Atas pertolongan Allah semua dapat dilalui dengan baik, termasuk ketika ia menjalani ibadah umroh untuk pertama kali.
“Aku menjadi mualaf ketika masih sekolah, terus terang aku masih ragu, apakah aku siap dengan segala resikonya. Terutama berbicara dengan mama mengenai status agamaku. Ada perasaan takut diusir oleh keluarga, mengingat mereka adalah Protestan yang taat banget," tutur Sarah yang pernah bermain dalam sinetron Cintaku Di rumah Susun.
Terlahir sebagai anak pertama dari enam bersaudara, memang dirasakan berat oleh Sarah. Selain harus menjadi teladan bagi adik-adiknya, ia pun menjadi tempat curhat dari setiap persoalan Nurmiaty, sang mama.
Tidak mengherankan jika Sarah lebih dewasa dibandingkan dengan anak seusianya. Terbukti Sarah yang menghabiskan masa remajanya di kota Bandung, yang kita ketahui anak mudanya senang dengan pesta dan dunia malam, malah mendapatkan hidayah di kota Kembang tersebut.
Perkenalan Sarah dengan Islam terjadi karena teman-teman sering mengajaknya ke Daarul Tauhid. Menurut Sarah, dalam menyampaikan syiar A'a Gym tidak pernah menyinggung agama manapun, dia lebih sering menyoroti perilaku kehidupan manusia. Itulah yang membuat Sarah tertarik, dirinya bahkan sempat menangis mendengar isi ceramah yang disampaikan. "Lama-lama aku sering ikut ke Daarul Tauhid dan bertukar pikiran dengan teman-teman. Bulan Juni 2001 dibimbing oleh Ust Aldo di Bandung, aku mengucapkan dua kalimat syahadat. Selama duatahun aku masih belum berani terang-terangan menjalani ibadah yang diwajibkan dalam Islam," kenang Sarah yang masih memiliki garis keturunan Aceh dan Batak ini.
Setelah lulus dari SMKK tahun 2001, Sarah balik Ke Jakarta, Ia sempat goyang dengan keyakinannya yang baru, karena tidak punya teman untuk berdiskusi. Hari Minggu jika disuruh ke gereja Sarah selalu kabur, setiap Natal pun ia tidak pernah ada di rumah. Keluarga mulai curiga dengan kelakuan Sarah. Mama adalah orang pertama yang tahu bahwa Sarah telah memeluk Islam. "Untungnya dia demokratis, aku harus yakin dengan pilihanku, jangan pindah-pindah agama," kata Sarah meniru nasihat mamanya.
Kabar Sarah telah masuk Islam sempat terdengar oleh Opung dan bibi, namun mereka tidak yakin apakah itu benar. "Aku dijauhi oleh keluarga, selama puasa aku jarang ada di rumah, lebaran pun dirayakan sendiri. Aku belajar sholat sampai bisa, itupun aku pelajari dari buku yang dibeli di pasar. Bacaan-bacaan ketika sholat aku tempel di tembok, kalau ruku' doanya ada di sajadah. Setelah sholat aku sering nangis, mungkin Allah melihat kesungguhanku. Mukena yang aku pakai, dibeli dari hasil kerja menjadi figuran sinetron. Karena setelah lulus sekolah aku tidak pernah minta uang I sama mama," ujar gadis yang suka mendesain baju ini.
Kemudahan Berbicara
Tahun 2004, Sarah mengaku sudah lancar sholat bahkan ia mulai melakukan sholat-sholat sunat, dan dirinya yakin bahwa Islam adalah agama yang mudah serta fleksibel. Di tahun yang sama Sarah bernazar, jika tabungan yang dimiliki terisi karena rejeki yang Allah berikan maka ia akan berangkat umroh, ternyata Allah mendengar doanya. Semua keluarga kaget mendengar keinginan Sarah, opung pun yang selama ini paling ditakuti langsung turun tangan. Dalam situasi yang agak tegang, Sarah memohon kepada Allah kemudahan berbicara. "Di depan opung dan keluarga, aku ngaku telah memeluk Islam dan sampai mati tetap Islam. Seandainya aku mati nanti, aku ingin dikubur secara Islam. Jika keluarga tidak bisa menguburkan, kasih saja jasadku kepada teman-teman, biar mereka yang mengurusnya. Dengan berangkat umroh semoga keyakinan aku kepada Islam bertambah kuat. Akhirnya semua terdiam, karena opung sudah nyerah dengan keputusanku," tutur Sarah dengan mata berkaca-kaca. Karena begitu beratnya cobaan yang diterima Sarah selama ini, ketika di tanah suci ia tidak mengalami kejadian yang aneh-aneh, malah dirinya mendapatkan banyak kemudahan dalam melaksanakan setiap ibadah di sana. "Setiap hari aku selalu berdoa untuk mama dan adik-adikku agar diberi hidayah oleh Allah, aku ingin mereka masuk Islam tanpa paksaan," kata Sarah yang telah menjadi jamaah pengajian Syamsul Rizal bersama Ineke Koesherawati.
Kurang pede
Sarah yang telah bermain disepuluh sinetron sebenarnya bercita-cita menjadi desainer. Honor yang diterima selama ini mulai diputar untuk modal usaha, seperti membeli mesin jahit dan mesin obras. Ilmu yang didapatkan selama di bangku sekolah tidak terbuang percuma. "Mama sangat senang dengan ideku membuka usaha baju muslim, berarti aku tidak menghambur-hamburkan uang," katanya yang baru dua bulan menjalankan usaha ini di rumah.
Menurut Sarah, pesanan baju buatannya telah datang dari Ineke dan istri ust. Jefry Buchory, namun ia masih kurang pede membuatnya, takut salah selera. Kebanyakan baju yang diproduksi Sarah modelnya casual, seperti yang dipakai ketika menjadi bintang tamu di beberapa stasiun televisi selama bulan ramadhan kemarin.
Sekitar dua puluh model baju telah dibuat Sarah, harganya pun tidak terlalu mahal. Mulai dari motif dan bahan Sarah yang mencari sendiri. Untuk satu baju ia hanya membutuhkan waktu satu hari. Bahkan Sarah pernah membuat baju yang akan dipakai adiknya pada lomba tujuh belasan hanya dalam waktu satu malam. Mengenai merek baju, Sarah belum menemukan nama yang pas. Ia tidak ingin mencantumkan nama sendiri pada setiap baju yang dibuatnya. (amanah)
Proses Keislaman Natalie Sarah
AWALNYA sekadar ingin menyenangi hati teman-temannya yang mengajaknya ikut hadir dalam pengajian dan mendengar ceramah Abdullah Gymnastiar alias Aa Gym di Pesantren Daarut Tauhid, Bandung, Jawa Barat.
Akhirnya, pertengahan tahun 2001 Natalie Sarah tertarik untuk memeluk agama Islam. "Saya masuk Islam karena faktor keluarga, diajak temen hadir dalam pengajian Daarut Tauhid, dengar ceramah Aa Gym, sampai akhirnya mungkin mendapat hidayah untuk memeluk Islam," jelas Sarah.
Ketika pertama kali memeluk Islam, Sarah menganggap agama ini sangat berat. Ini dikarenakan dia merasa kaget saat mengetahui surat-surat yang ada di Alquran harus dihafalnya dalam bahasa Arab bukan Indonesia.
Berkat kemauan dan bantuan dari teman-temannya, Sarah akhirnya bisa menghafal. "Kalau hati kita ikhlas, belajarnya gampang," ungkapnya.
Namun, menjadi seorang muslimat tak semudah membalikkan telapak tangan. Sarah sempat terjerumus dalam kehidupan malam ketika baru terjun ke dunia hiburan. Tahun 2004, wanita kelahiran 1 Desember 1983 ini kembali memperdalam agama Islam. "Aku senang kalau bisa baca Alquran," tutur Sarah yang telah bisa membaca Alquran mesti belum lancar.
Saat ini, wanita berhidung bangir ini berharap bisa membaca Alquran hingga khatam. Tidak hanya itu, jika memiliki rezeki, Sarah ingin menunaikan ibadah haji. "Tapi sebelum naik haji, aku ingin berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi mama dan adik-adikku, tutur Sarah.
Mualaf Ngumpet-Ngumpet
Tahun ini, Sarah mengaku pengalaman kerohaniannya makin dalam. "Alhamdulillah, meski soal ilmu agama aku belum punya banyak, tetapi dalam hal keimanan, aku merasakan kemajuan yang sangat besar," ujar Sarah yang kini rajin mengikuti pengajian.
"Sekarang, aku aktif ikut pengajian setiap Kamis malam. Selain itu aku juga selalu ikut I Like Monday di tempat Ustaz Jeffry, tiap Senin malam," ujar Sarah yang pertama kali mengenal Islam, saat bersekolah di Bandung.
"Pertama kali, karena diajak teman ikut ke pengajian Daarut Tauhid. Kata temanku itu, 'Sar, kamu dengarin ceramah ustaz Aa Gym, deh. Dia itu pasti bisa menenangkan hati kamu yang kayak sekarang.'"
Saat itu, Sarah memang sedang dalam keadaan labil dan bingung. "Keluargaku sedang dilanda banyak sekali masalah. Kacau sekali, buntutnya bikin kami broken home." Mengikuti saran sang teman, Sarah yang kala itu masih duduk di bangku SMKK pun pergi mendengarkan ceramah Aa Gym. "Saat itu hati ini rasanya tersentuh banget. Ceramah Aa bagus sekali."
Tiga kali Sarah mengikuti sang teman ke pengajian. "Yang ke -4, malah aku yang merengek-rengek mengajak mereka." Yang unik, "Aku selalu datang setelah salat Isya. Soalnya aku takut ketahuan belum bisa salat," cerita Sarah yang kala itu harus pinjam kerudung sana-sini setiap mau ke pengajian. "Sejak itu, aku merasa sreg dengan agama Islam."
Sempat timbul kekhawatiran di hati Sarah. "Aku mikir, kalau aku masuk Islam, pasti nanti keluarga dan teman akan menjauhi." Tapi, "Makin hari keinginan itu rasanya makin mantap. Jadi aku berusaha menguatkan diri dan memilih menjalani apa yang aku rasakan di hati ini," cerita Sarah yang resmi memeluk Islam sejak Juli 2001.
Rajin Istikharah
Kini, 5 tahun menjadi mualaf, Sarah berharap dirinya bisa menjadi muslimah yang baik. "Aku ingin membenahi hati ini, jadi orang yang lebih baik," ujar Sarah yang setahun belakangan serius belajar baca Al-Quran.
Di bulan Ramadan ini, Sarah bertekad memantapkan pelajaran mengajinya. "Sebisanya aku ingin setiap hari mengaji. Lumayan repot juga sih, mengatur waktu. Soalnya aku juga harus syuting sinetron religi dan jadi presenter acara Ramadan, Jamaah Syamsu Rizal yang tayang di TVRI," kisah Sarah yang 4 hari pertama puasa kali ini, selalu berbuka puasa di lokasi syuting.
Setiap waktu berbuka, cerita Sarah, "Seluruh pemain dan kru diharuskan makan makanan kecil. Setelah itu kami salat berjamaah, baru kemudian makan bersama. Habis itu, enggak langsung syuting, lo. Pak sutradara malah mengajak kami Tarawih bersama. Benar-benar ini syuting ternikmat yang pernah aku rasakan. "
Untuk sahur? "Aku selalu makan lengkap, nasi dengan lauk pauk. Setiap hari, Mama selalu masakin aku menu yang enak-enak dan bergizi. Maksudnya supaya staminaku tetap oke, dan pekerjaan lancar meski puasa," cerita Sarah yang juga bergantung pada sang ibu soal urusan bangun subuh untuk makan sahur. "Wah, di rumah, yang bisa bangun subuh kan, cuma Mama seorang," cerita Sarah yang juga sering ditemani adik-adiknya kala makan sahur ini. "Kadang mereka suka ikut-ikutan sahur juga."
Satu yang mengganggu benak Sarah, "Membayangkan Lebaran sendirian. Sudah 4 Lebaran ini aku sendirian.
Sedih aja." Untunglah 2 tahun belakangan ini Sarah sudah punya tambatan hati yang bisa menghibur kesedihannya, Abdullah Rizal. Dengan pengusaha muda yang memiliki darah Arab ini Sarah memang sudah menjalin hubungan nyaris 2 tahun lamanya. "Kami pacaran sejak Januari 2004."
Diakui Sarah, hubungannya dengan Rizal memang serius. Kapan akan dilanjutkan ke jenjang pernikahan?
"Wah, kalalu aku sih, sudah ingin sekali menikah, karena nikah itu kan, ibadah. Rizal juga begitu. Pemikiran ke sana sudah ada. Keluarganya juga sudah sering bilang sama aku. Mamaku sendiri juga sudah memberi dukungan untuk aku menikah."
Lalu, tunggu apa lagi, Sar? "Kami ingin lebih siap lagi secara materi. Bukannya aku merasa kurang dengan apa yang sudah kumiliki saat ini. Bukan. Hanya saja, saat ini aku merasa masih punya banyak pe-er. Masih ada 3 adikku yang harus aku biayai sekolahnya," ujar gadis yang menjadi tulang punggung keluarga sejak sang ayah pergi meninggalkan keluarga mereka ini. Jadi? "Doakan saja ya, semoga aku enggak harus menunggu lama lagi untuk menikah," bisik Sarah yang diam-diam kini sering melakukan salat istikharah ini. (tabloidnova)
Keinginannya untuk memeluk Islam dating dari hati yang paling dalam. Cobaan demi cobaan dating silih berganti, yang terberat dirasakan ketika harus berhadapan dengan opung (nenek) dan mengakui Islam pilihannya. Atas pertolongan Allah semua dapat dilalui dengan baik, termasuk ketika ia menjalani ibadah umroh untuk pertama kali.
“Aku menjadi mualaf ketika masih sekolah, terus terang aku masih ragu, apakah aku siap dengan segala resikonya. Terutama berbicara dengan mama mengenai status agamaku. Ada perasaan takut diusir oleh keluarga, mengingat mereka adalah Protestan yang taat banget," tutur Sarah yang pernah bermain dalam sinetron Cintaku Di rumah Susun.
Terlahir sebagai anak pertama dari enam bersaudara, memang dirasakan berat oleh Sarah. Selain harus menjadi teladan bagi adik-adiknya, ia pun menjadi tempat curhat dari setiap persoalan Nurmiaty, sang mama.
Tidak mengherankan jika Sarah lebih dewasa dibandingkan dengan anak seusianya. Terbukti Sarah yang menghabiskan masa remajanya di kota Bandung, yang kita ketahui anak mudanya senang dengan pesta dan dunia malam, malah mendapatkan hidayah di kota Kembang tersebut.
Perkenalan Sarah dengan Islam terjadi karena teman-teman sering mengajaknya ke Daarul Tauhid. Menurut Sarah, dalam menyampaikan syiar A'a Gym tidak pernah menyinggung agama manapun, dia lebih sering menyoroti perilaku kehidupan manusia. Itulah yang membuat Sarah tertarik, dirinya bahkan sempat menangis mendengar isi ceramah yang disampaikan. "Lama-lama aku sering ikut ke Daarul Tauhid dan bertukar pikiran dengan teman-teman. Bulan Juni 2001 dibimbing oleh Ust Aldo di Bandung, aku mengucapkan dua kalimat syahadat. Selama duatahun aku masih belum berani terang-terangan menjalani ibadah yang diwajibkan dalam Islam," kenang Sarah yang masih memiliki garis keturunan Aceh dan Batak ini.
Setelah lulus dari SMKK tahun 2001, Sarah balik Ke Jakarta, Ia sempat goyang dengan keyakinannya yang baru, karena tidak punya teman untuk berdiskusi. Hari Minggu jika disuruh ke gereja Sarah selalu kabur, setiap Natal pun ia tidak pernah ada di rumah. Keluarga mulai curiga dengan kelakuan Sarah. Mama adalah orang pertama yang tahu bahwa Sarah telah memeluk Islam. "Untungnya dia demokratis, aku harus yakin dengan pilihanku, jangan pindah-pindah agama," kata Sarah meniru nasihat mamanya.
Kabar Sarah telah masuk Islam sempat terdengar oleh Opung dan bibi, namun mereka tidak yakin apakah itu benar. "Aku dijauhi oleh keluarga, selama puasa aku jarang ada di rumah, lebaran pun dirayakan sendiri. Aku belajar sholat sampai bisa, itupun aku pelajari dari buku yang dibeli di pasar. Bacaan-bacaan ketika sholat aku tempel di tembok, kalau ruku' doanya ada di sajadah. Setelah sholat aku sering nangis, mungkin Allah melihat kesungguhanku. Mukena yang aku pakai, dibeli dari hasil kerja menjadi figuran sinetron. Karena setelah lulus sekolah aku tidak pernah minta uang I sama mama," ujar gadis yang suka mendesain baju ini.
Kemudahan Berbicara
Tahun 2004, Sarah mengaku sudah lancar sholat bahkan ia mulai melakukan sholat-sholat sunat, dan dirinya yakin bahwa Islam adalah agama yang mudah serta fleksibel. Di tahun yang sama Sarah bernazar, jika tabungan yang dimiliki terisi karena rejeki yang Allah berikan maka ia akan berangkat umroh, ternyata Allah mendengar doanya. Semua keluarga kaget mendengar keinginan Sarah, opung pun yang selama ini paling ditakuti langsung turun tangan. Dalam situasi yang agak tegang, Sarah memohon kepada Allah kemudahan berbicara. "Di depan opung dan keluarga, aku ngaku telah memeluk Islam dan sampai mati tetap Islam. Seandainya aku mati nanti, aku ingin dikubur secara Islam. Jika keluarga tidak bisa menguburkan, kasih saja jasadku kepada teman-teman, biar mereka yang mengurusnya. Dengan berangkat umroh semoga keyakinan aku kepada Islam bertambah kuat. Akhirnya semua terdiam, karena opung sudah nyerah dengan keputusanku," tutur Sarah dengan mata berkaca-kaca. Karena begitu beratnya cobaan yang diterima Sarah selama ini, ketika di tanah suci ia tidak mengalami kejadian yang aneh-aneh, malah dirinya mendapatkan banyak kemudahan dalam melaksanakan setiap ibadah di sana. "Setiap hari aku selalu berdoa untuk mama dan adik-adikku agar diberi hidayah oleh Allah, aku ingin mereka masuk Islam tanpa paksaan," kata Sarah yang telah menjadi jamaah pengajian Syamsul Rizal bersama Ineke Koesherawati.
Kurang pede
Sarah yang telah bermain disepuluh sinetron sebenarnya bercita-cita menjadi desainer. Honor yang diterima selama ini mulai diputar untuk modal usaha, seperti membeli mesin jahit dan mesin obras. Ilmu yang didapatkan selama di bangku sekolah tidak terbuang percuma. "Mama sangat senang dengan ideku membuka usaha baju muslim, berarti aku tidak menghambur-hamburkan uang," katanya yang baru dua bulan menjalankan usaha ini di rumah.
Menurut Sarah, pesanan baju buatannya telah datang dari Ineke dan istri ust. Jefry Buchory, namun ia masih kurang pede membuatnya, takut salah selera. Kebanyakan baju yang diproduksi Sarah modelnya casual, seperti yang dipakai ketika menjadi bintang tamu di beberapa stasiun televisi selama bulan ramadhan kemarin.
Sekitar dua puluh model baju telah dibuat Sarah, harganya pun tidak terlalu mahal. Mulai dari motif dan bahan Sarah yang mencari sendiri. Untuk satu baju ia hanya membutuhkan waktu satu hari. Bahkan Sarah pernah membuat baju yang akan dipakai adiknya pada lomba tujuh belasan hanya dalam waktu satu malam. Mengenai merek baju, Sarah belum menemukan nama yang pas. Ia tidak ingin mencantumkan nama sendiri pada setiap baju yang dibuatnya. (amanah)
Proses Keislaman Natalie Sarah
AWALNYA sekadar ingin menyenangi hati teman-temannya yang mengajaknya ikut hadir dalam pengajian dan mendengar ceramah Abdullah Gymnastiar alias Aa Gym di Pesantren Daarut Tauhid, Bandung, Jawa Barat.
Akhirnya, pertengahan tahun 2001 Natalie Sarah tertarik untuk memeluk agama Islam. "Saya masuk Islam karena faktor keluarga, diajak temen hadir dalam pengajian Daarut Tauhid, dengar ceramah Aa Gym, sampai akhirnya mungkin mendapat hidayah untuk memeluk Islam," jelas Sarah.
Ketika pertama kali memeluk Islam, Sarah menganggap agama ini sangat berat. Ini dikarenakan dia merasa kaget saat mengetahui surat-surat yang ada di Alquran harus dihafalnya dalam bahasa Arab bukan Indonesia.
Berkat kemauan dan bantuan dari teman-temannya, Sarah akhirnya bisa menghafal. "Kalau hati kita ikhlas, belajarnya gampang," ungkapnya.
Namun, menjadi seorang muslimat tak semudah membalikkan telapak tangan. Sarah sempat terjerumus dalam kehidupan malam ketika baru terjun ke dunia hiburan. Tahun 2004, wanita kelahiran 1 Desember 1983 ini kembali memperdalam agama Islam. "Aku senang kalau bisa baca Alquran," tutur Sarah yang telah bisa membaca Alquran mesti belum lancar.
Saat ini, wanita berhidung bangir ini berharap bisa membaca Alquran hingga khatam. Tidak hanya itu, jika memiliki rezeki, Sarah ingin menunaikan ibadah haji. "Tapi sebelum naik haji, aku ingin berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi mama dan adik-adikku, tutur Sarah.
Mualaf Ngumpet-Ngumpet
Tahun ini, Sarah mengaku pengalaman kerohaniannya makin dalam. "Alhamdulillah, meski soal ilmu agama aku belum punya banyak, tetapi dalam hal keimanan, aku merasakan kemajuan yang sangat besar," ujar Sarah yang kini rajin mengikuti pengajian.
"Sekarang, aku aktif ikut pengajian setiap Kamis malam. Selain itu aku juga selalu ikut I Like Monday di tempat Ustaz Jeffry, tiap Senin malam," ujar Sarah yang pertama kali mengenal Islam, saat bersekolah di Bandung.
"Pertama kali, karena diajak teman ikut ke pengajian Daarut Tauhid. Kata temanku itu, 'Sar, kamu dengarin ceramah ustaz Aa Gym, deh. Dia itu pasti bisa menenangkan hati kamu yang kayak sekarang.'"
Saat itu, Sarah memang sedang dalam keadaan labil dan bingung. "Keluargaku sedang dilanda banyak sekali masalah. Kacau sekali, buntutnya bikin kami broken home." Mengikuti saran sang teman, Sarah yang kala itu masih duduk di bangku SMKK pun pergi mendengarkan ceramah Aa Gym. "Saat itu hati ini rasanya tersentuh banget. Ceramah Aa bagus sekali."
Tiga kali Sarah mengikuti sang teman ke pengajian. "Yang ke -4, malah aku yang merengek-rengek mengajak mereka." Yang unik, "Aku selalu datang setelah salat Isya. Soalnya aku takut ketahuan belum bisa salat," cerita Sarah yang kala itu harus pinjam kerudung sana-sini setiap mau ke pengajian. "Sejak itu, aku merasa sreg dengan agama Islam."
Sempat timbul kekhawatiran di hati Sarah. "Aku mikir, kalau aku masuk Islam, pasti nanti keluarga dan teman akan menjauhi." Tapi, "Makin hari keinginan itu rasanya makin mantap. Jadi aku berusaha menguatkan diri dan memilih menjalani apa yang aku rasakan di hati ini," cerita Sarah yang resmi memeluk Islam sejak Juli 2001.
Rajin Istikharah
Kini, 5 tahun menjadi mualaf, Sarah berharap dirinya bisa menjadi muslimah yang baik. "Aku ingin membenahi hati ini, jadi orang yang lebih baik," ujar Sarah yang setahun belakangan serius belajar baca Al-Quran.
Di bulan Ramadan ini, Sarah bertekad memantapkan pelajaran mengajinya. "Sebisanya aku ingin setiap hari mengaji. Lumayan repot juga sih, mengatur waktu. Soalnya aku juga harus syuting sinetron religi dan jadi presenter acara Ramadan, Jamaah Syamsu Rizal yang tayang di TVRI," kisah Sarah yang 4 hari pertama puasa kali ini, selalu berbuka puasa di lokasi syuting.
Setiap waktu berbuka, cerita Sarah, "Seluruh pemain dan kru diharuskan makan makanan kecil. Setelah itu kami salat berjamaah, baru kemudian makan bersama. Habis itu, enggak langsung syuting, lo. Pak sutradara malah mengajak kami Tarawih bersama. Benar-benar ini syuting ternikmat yang pernah aku rasakan. "
Untuk sahur? "Aku selalu makan lengkap, nasi dengan lauk pauk. Setiap hari, Mama selalu masakin aku menu yang enak-enak dan bergizi. Maksudnya supaya staminaku tetap oke, dan pekerjaan lancar meski puasa," cerita Sarah yang juga bergantung pada sang ibu soal urusan bangun subuh untuk makan sahur. "Wah, di rumah, yang bisa bangun subuh kan, cuma Mama seorang," cerita Sarah yang juga sering ditemani adik-adiknya kala makan sahur ini. "Kadang mereka suka ikut-ikutan sahur juga."
Satu yang mengganggu benak Sarah, "Membayangkan Lebaran sendirian. Sudah 4 Lebaran ini aku sendirian.
Sedih aja." Untunglah 2 tahun belakangan ini Sarah sudah punya tambatan hati yang bisa menghibur kesedihannya, Abdullah Rizal. Dengan pengusaha muda yang memiliki darah Arab ini Sarah memang sudah menjalin hubungan nyaris 2 tahun lamanya. "Kami pacaran sejak Januari 2004."
Diakui Sarah, hubungannya dengan Rizal memang serius. Kapan akan dilanjutkan ke jenjang pernikahan?
"Wah, kalalu aku sih, sudah ingin sekali menikah, karena nikah itu kan, ibadah. Rizal juga begitu. Pemikiran ke sana sudah ada. Keluarganya juga sudah sering bilang sama aku. Mamaku sendiri juga sudah memberi dukungan untuk aku menikah."
Lalu, tunggu apa lagi, Sar? "Kami ingin lebih siap lagi secara materi. Bukannya aku merasa kurang dengan apa yang sudah kumiliki saat ini. Bukan. Hanya saja, saat ini aku merasa masih punya banyak pe-er. Masih ada 3 adikku yang harus aku biayai sekolahnya," ujar gadis yang menjadi tulang punggung keluarga sejak sang ayah pergi meninggalkan keluarga mereka ini. Jadi? "Doakan saja ya, semoga aku enggak harus menunggu lama lagi untuk menikah," bisik Sarah yang diam-diam kini sering melakukan salat istikharah ini. (tabloidnova)